Jumat, 13 Juli 2012

Yang Alami yang dipilih Rakyat


Ibu Kota Jakarta sudah menggelar pesta demokrasi [Pemilukada]. Enam pasangan Cagub-Cawagub DKI yang bertarung 11 Juli lalu dimenangi oleh pasangan nomor urut tiga Jokowi-Ahok menurut perhitungan cepat [quick count] dan sepertinya memang akan menang menurut perhitungan KPUD DKI yang fix pada 20 Juli nanti. Tetapi kemenangan itu, tidak mencukupi batas 50 persen suara.

Sebelumnya, pasangan cagub-cawagub yang dinggulkan adalah pasangan nomor urut satu Foke-Nara. Foke yang gubernur petahana ini maju sebagai incumbent didampingi oleh Nacrohwi Ramli dari partai Demokrat diunggulkan dalam prediksi semua lembaga survei sebelum pemilihan.

Pertanyaannya, kenapa Jokowi-Ahok bisa mematahi prediksi itu dan mengungguli Foke-Nara? Nah, Ada banyak jawaban, analis, atau apalah namanya yang menjadi kunci sukses pasangan nomor urut tiga itu yang diungkapkan oleh para pengamat atau bahkan dari Jokowi sendiri. Seperti solidnya gerakan dari bawah sampai atas tim sukses Jokowi-Ahok diungkapkan oleh Jokowi sendiri, kemudian masyarakat Jakarta yang sudah jenuh dengan kebijakan Gubernur sebelumnya yang tidak bisa mengatasi masalah utama di Jakarta yaitu banjir dan kemacetan sehingga masyarakat mau perubahan dan penerapan kebijakan baru maka yang dipilih adalah pasangan Jokowi-Ahok.

Toto Izul Fatah dari Lingkaran Survei Indonesia mengatakan bahwa Foke yang terlalu optimis memenangkan pertarungan, sehingga meremehkan strategi “social imagery” yang merakyat yang diterapkan oleh Jokowi. Burhanudin Muhtadi pengamat politik dan peneliti dari Lembaga Survei Indonesia juga mengatakan kalau Jokowi adalah sosok kesayangan media [media darling] sehingga awak media mudah untuk mempublikasikannya. Masih banyak lagi analis-analis yang dipaparkan oleh pengamat yang menjadi kunci sukses Jokowi-Ahok.

Sebenarnya, ada satu analis yang menurut penulis sangat menarik. Analis itu diungkapkan oleh Prof. Thamrim Tamagola ketika di acara Apa Kabar Indonesia Malam Tvone [12/7] lalu. Bahwa citra pemimpin yang dipilih oleh rakyat adalah citra pemimpin yang alami. Yang alami menurut Thamrin adalah ketika berbaur dengan rakyat tidak ada perbedaan yang mencolok antara dia yang leader dan rakyat yang under. Maksudnya dari segi penampilan sama dengan rakyat yang tergambar dari bentuk wajah, tubuh, pakaian Jokowi layaknya kaum under itu.

Kalau melihat bentuk wajah, jujur penulis katakan bahwa bentuk wajah Jokowi tidak cocok untuk wajah seorang pemimpin, wajah Jokowi adalah wajah kaum under. Dari segi bentuk tubuh yang kurus krempeng juga tidak terlihat wibawanya seorang pemimpin. Paradigma kita adalah bahwa seorang pemimpin mesti memiliki tubuh yang besar tinggi, tegap atau bahkan gemuk. Dari segi pakaian, Jokowi layaknya rakyat miskin yang tidak mampu membeli pakain model terbaru atau mewah. Dia hanya memakai pakaian jenis kemeja yang berstandar pasar loak.

Ketika Foke atau Alex Nurdin keluar dari bus atau busway atau ke pasar tradisional tampak sekali perbedaan baik dari cara komunikasi, penampilan dengan masyarakat, tetapi coba bandingkan dengan Jokowi atau Biem, ketika ke pasar atau menumpang oplet tampak sangat menyatu dengan penampilan rakyat. Selain dari penampilannya yang under itu, Jokowi juga sosok yang mempunyai nilai lebih untuk melakukan perubahan. Tergambar dari sepak terjangnya sebagai Walikota Solo yang berhasil menata kota dan merelokasi PKL tanpa kekerasan dan tepat sasaran serta penentang kebijakan “atasannya” [Gubernur Jateng] yang akan membangun pusat perbelanjaan yang berimbas pada pedagang pasar tradisional. Memang, untuk mengubah kota Jakarta yang bebas macet dan banjir bukanlah perkara mudah, tetapi setidaknya harapan warga Jakarta ada pada sosok Jokowi.

Seperti Jakarta, Kalimantan Barat juga akan menggelar pesta demokrasi. Ada dua agenda di Kalbar, yaitu Pilgub dan Pilwako Singkawang. Dua agenda besar itu akan dilaksanakan pada bulan September nantinya dan bersamaan dengan putaran kedua Pilgub DKI yakni pada 20 September. Saat ini, Pilgub Kalbar sudah mencapai tahapan proses tes kesehatan. dan kandidat yang akan bertarung ada empat pasangan balon Cagub-Cawagub. Sama halnya dengan Pilgub, Pilwako Singkawang pun juga sudah sampai pada tahapan tes kesehatan dan balon Wako-Wawako yang akan berjibaku berjumlah empat pasangan juga.

Baik sesudah maupun sebelum penetapan balon, para “gladiator” itu sudah mulai menebar pesona untuk menggaet hati rakyat. Terlihat dari poster, baliho yang terpajang di pinggir jalan. Incumbent adalah posisi yang paling strategis dalam penerapan strategi pemenangan. Dia seperti leluasa menggunakan kebijakannya untuk selalu berdekatan dengan rakyat. Tetapi juga incumbent bukannya tidak mempunyai kelemahan. Bisa saja kebijakan yang incumbent terapkan selama ini tidak tepat sasaran dan memungkinkan konstituennya alias rakyat pemilih berpaling kepada pasangan lain. Ini ibarat buah simalakama, sama halnya yang terjadi pada Foke.

Lain ladang, lain belalangnya, itulah yang menggambarkan kondisi pemilih antara DKI dengan Kalbar. Di Jakarta tingkat heterogenisitasnya sangat tinggi, ini dikarenakan Jakarta adalah Ibu Kota Negara. Sedangkan Kalbar, memang heterogen tetapi tidak setinggi di Jakarta. Di Jakarta permasalahan utamanya adalah banjir dan macet, sedangkan di Kalbar permasalahan utama adalah agraria. Memang disamping permasalahan-permasalahan utama itu terselip permasalahan lainnya yang tidak kalah penting. Tetapi isu yang terjadi disetiap daerah itu, ya memang hak pengelolaan tanah.

Isu primordial juga merupakan strategi yang sangat ampuh dan itu tidak bisa kita bantahkan, real dalam pertarungan politik. Tetapi dibalik itu semua, rakyat sudah paham nantinya akan memilih siapa pemimpin yang tepat. Dan patut kita tunggu siapa calon KB1 maupun Sinka 1 yang berhasil menerapkan strategi social imagery ala Jokowi. Harus punya bukti bukan janji dan jangan hanya “mengkampanyekan” primordial alias kelompok alias suku dan agama saja. Semoga tidak!!!!

1 komentar:

  1. terbit di PontianakPost tanggal 19 Juli 2012 kolom Opini.
    http://pontianakpost.com/index.php?mib=berita.detail&id=113038

    BalasHapus