Senin, 27 Agustus 2012

Mulainya Tidak Sengaja, Selanjutnya Berjuta-juta


Robertus Mering
Apakah anda pernah merasa kecewa ketika akan menikmati pecal bebek di warung lamongan dan ternyata bebeknya lagi kosong?? Padahal di baliho yang melilit warung lamongan tersebut jelas-jelas ada tulisan “sedia daging bebek” lengkap dengan gambar bebek panggang yang menggetarkan isi perut. Saya pernah mengalami. Kecewa dengan raut muka masam sudah pasti dan mau tak mau akhirnya memesan pecal lele atau pecal ayam. Fenomena inilah yang tidak sengaja ditangkap oleh seorang kenalan yang saya temui beberapa waktu lalu. Bagaimanakah ceritanya???

Pagi itu, pukul 09.06 WIB telepon genggam saya yang diletakkan dekat pembaringan berdering pertanda ada pesan masuk. Dengan kondisi mata yang masih terasa ngantuk, pelan-pelan saya raih handphone saya untuk melihat siapakah gerangan yang mengirim Short Messenger Service (SMS) yang masih pagi sekali versi waktu saya.  

“Willy...almt rmh ab pndk pngrn 1&2 blok o 16...ab skrg ad di rmh...klw mw krmh dlu pun blh y...” begitu kira-kira isi pesan singkatnya. Ternyata oh ternyata hari itu, Jumat (24/8) pukul 10.00 WIB saya ada janji dengan seseorang. Saya pun langsung sigap, beranjak dari tempat tidur dan segera membersihkan diri dari mimpi-mimpi indah yang tidak sempat terselesaikan pagi itu.

Setelah mondar mandir mencari rumah yang dituju di blok O, perumahan Pondok Pangeran Siantan Pontianak Kota, akhirnya saya menemukan sebuah rumah yang berwarna kuning kombinasi warna hitam dengan bentuk pagar serta desain bangunan rumah minimalis. Di dalamnya saya berjumpa dengan seseorang yang menurut saya, sangat tidak tegap sekali tetapi sangat ramah dan murah senyum. “Willy ya,” sapanya dengan ramah. “Iya bang,” balas saya dengan ramah juga.

Robertus Mering, itulah nama lengkapnya. Pria kelahiran Kapuas Hulu 36 tahun silam ini adalah karyawan swasta di bidang pertambangan dan perkayuan. Sekitar satu tahun yang lalu, ia mencoba untuk menyalurkan hobbynya beternak. “Awal mulanya sih cuma keberanian jak, pertama ada keberanian dan kedua ada hobby juga, terus yang ketiga ya berpikir satu hari bisa dapat duit 50 ribu itu gimana,” ujarnya memulai perbincangan dengan saya mewakili CUreview.

Di areal kandang peternakan bebek miliknya yang memanfaatkan lahan kosong di belakang rumah abang iparnya, masih di daerah siantan tepatnya Parit Pangeran IV, Robert mengisahkan kenapa ia memilih untuk beternak bebek. “Kalau bebek atau itik itu, tidak rentan kena penyakit,” ujarnya. Tambah Robert lagi, saat memulai usaha juga tidak disengaja. “Bibitnya aja belinya ngga kepikiran, waktu itu singgah di lampu merah, lihat ada jual bibit bebek, langsung beli, ceritanya begitu, jadi awalnya ndak direncanakan,” cerita Robert.

Di suasana yang terasa berisik akibat dari suara bebek yang seolah memanggil tuannya, Robert menjelaskan secara gamblang cara dan tehnik beternak bebek. Robert mengaku bahwa bibit bebek yang ia ternakan ini, sengaja diimpor langsung dari Jawa dengan jenis Hibrida raja dan ratu, hibrida raja untuk pedaging dan hibrida ratu untuk petelur. Bebek jenis hibrida adalah turunan dari keempat dari bebek Mojosari dengan bebek Alabio, pusat pengembangan bebek hibrida berada di Pelaihari Kalimantan Selatan. Mulai dari DOD (day old duck -periode starter yaitu itik yang berumur 1 hari hingga itik umur 2 bulan), mengitung FCR (rasio konversi pakan) yang menghasilkan keuntungan, sampai ke masa ideal panen dijelaskan oleh pria yang sudah familiar dengan usaha jenis konvensional ini.

“Bebek potong atau pedaging itu efektif dan ada keuntungannya dalam tempo 2 bulan sampai 2 setengah bulan sudah bisa panen. Itu beratnya sudah mencapai 2 kilogram atau lebih, jadi kalau untuk ukuran pecal bebek itu sudah sangat bagus. Sampai saat ini, kita sudah 2 periode panen bebek pedaging, kebetulan baru panen kemarin, tapi kita stopkan dulu selama satu bulan atau dua bulan ini, kita rapikan kandang dulu,” ungkap ayah dari tiga orang anak ini.

Lebih lanjut, pria yang menyandang gelar Sarjana Komputer ini menjelaskan bahwa pada masa DOD pakan pertama yang harus dijaga 1-3 minggu harus menggunakan pur BP 11 dan 3 minggu – 2 bulan menggunakan pur BP 12, setelah itu baru pakai pakan dengan campuran dedak, jagung, kulit udang dan ditambah sayur-sayuran. Lebih lanjut lagi, ia menjelaskan tentang formulasi pakan perbulan dengan perhitungan FCR yang menghasilkan jumlah volume pakan 700 kilogram, terdiri dari 400 an kilogram dedak, 100 kilo udang, 100 kilo jagung, dan sisanya bungkil kelapa. Dalam satu hari Robert memberi pakan bebek sekitar 10-15 kilogram perhari.

Robert juga mengatakan bahwa bebek petelur yang ia ternakan rata-rata perhari bisa  menghasilakan telur sekitar 15 butir perhari. “Kemarin dari bulan 7 ke bulan 8 ini rata-rata 15 butir perhari, dan sekarang tren jumlah telur yang dihasilkan sudah mulai meningkat. Nanti sampai bulan 12 ganti bulu lagi, jadi dia mengisi kembali kantong telurnya, sampai puncaknya 50-60 butir perhari,” ujar pria yang asyik diajak ngobrol ini lagi.

Selama ini, Robert mengamati usaha ternak bebek, pangsa pasarnya besar dan permintaan pasar sangat tinggi sedangkan yang mau memelihara sama peminat pemilihara itu kecil. Oleh karena itu, ia sering mengajak orang disekitarnya untuk menekuni usaha ternak bebek.

“Kalau melihat warung makan pecal bebek di Pontianak ini sudah menjamurlah sampai ke Kapuas Hulu. Itu kan menggambarkan pasar bebek ini sudah luar biasa, baik itu bebek pedaging maupun bebek petelur semuanya punya potensi besar, bebek potong saja itu harganya bisa 40-50 ribu perekor sedangkan untuk telur bebek pangsa pasarnya adalah para pembuat dan toko jamu, selain itu warung-warung makan juga. Bahkan, untuk lebaran kemarin saja, satu hari ada beberapa ratus itu permintaan,” ungkapnya dengan harapan untuk meyakinkan peminat ternak bebek.

Robert yang lebih banyak melakukan pekerjaan di luar kota ini, melimpahkan kepada keponakannya untuk mengawasi ternak bebek secara intensifikasi, sedangkan ia hanya memenej dan mengatur pakan serta bibit yang dikirim saja. Pada kesempatan itu juga, ia menyarankan kepada peminat budidaya bebek atau itik untuk memperhatikan lingkungan kandang.

“Kandang yang betingkat memang agak susah, lingkungan jadi ndak enak karena kena angin, itu berpengaruh. Apalagi kalau musim penghujan, bau kandang memang ngga enak. Tapi kita punya trik dan strateginya, kita hamparkan serbuk biar tanahnya ndak basah dan bau, atau batang padi juga bisa. Bebek ini perlu kering, cuma air minumnya jangan sampai putus. Tapi kalau untuk petelur atau pembenihan dan pembesaran, itu bagus kalau pakai lantai. Kalaupun pake kandang langsung ke tanah seperti ini harus terbuka, tidak boleh tertutup, kalau tertutup lembab, justru ndak bagus, pengaruhnya ke telur,” paparnya.

Dalam beternak bebek, Robert juga mengungkapkan sangat perlu memperhatikan tingkat kesetresannya. “Bebek itu juga bisa stres lho, penyebabnya bisa pengaruh dari kandangnya yang sempit, pakannya yang kurang, suhu yang tidak memadai, pola pemeliharaannya atau bisa juga kena orang yang jarang dilihatnya, kalau orang yang biasa kasi dia umpan sih ndak, tapi kalau yang jarang bersosialisasi dengannya tu, bisa buat stres juga,” ungkap Robert lagi.

Setelah keasyikan ngobrol dan “mencuri” sedikit pengetahuan baru dari abang Robert, saya pun berpamitan pulang. Di ujung kata obrolan kami, Robert mengajak khususnya yang muda-muda seperti saya ini untuk mengembangkan jiwa wiraswasta. “Jangan mengharapkan jadi pegawai negerilah, banyak hal yang bisa kita kembangkan dan manfaatkan, contohnya ternak bebek ini,” harapnya kepada kaum muda.

Ia pun melanjutkan sarannya kepada siapapun yang berminat untuk mengembangkan budidaya bebek. “Kalau ada yang berminat dan ingin belajar, boleh contact saya, saya mau berbagi kepada siapapun, asalkan punya niat aja. Kalau ada yang mau pesan pakan juga dengan perhitungan FCR tadi tu boleh juga,” ujar Robert sambil tertawa di akhir cerita kami.

2 komentar: