Kamis, 26 Juli 2012

Dari Lumbung Padi Ke Gedung Megah

Kantor CU Semandang Jaya

Bagi yang pernah melintasi Jalan Trans Kalimantan dari arah Pontianak menuju Ketapang ataupun sebaliknya, mungkin anda akan berpikir, kok di tempat yang jauh dari perkotaan bahkan Kota Kecamatan, ada berdiri sebuah gedung megah yang cukup mencolok dari bangunan rumah penduduk biasa di kampung itu. Tahun 1991, Credit Union [CU] telah membuka pintu ‘keselamatan’ bagi warga di tempat ini. Semandang Jaya, begitu mereka menamai CU yang lahir dari penyuluhan mengenai pentingnya pengetahuan tentang ekonomi rumah tangga.

Nama CU yang diambil dari nama nama sungai dan nama wilayah yakni,Semandang ini berada di Balai Semandang, Desa Semandang Kiri, Kecamatan Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat. Letak gedung yang berdiri megah di pinggiran Jalan Trans Kalimantan menuju Kota Ketapang dan tembus ke Provinsi Kalimantan Tangah, membuat kantor CU ini tidak asing lagi bagi warga sekitar, bahkan orang yang melintas tempat tersebut.

Kornelius Kolik salah satu tokoh pendiri CU Semandang Jaya mengisahkan kepada CUreview melalui telepon seluler Senin [9/7], bahwa cikal bakal berdirinya CU Semandang Jaya yang kini telah berusia 20 itu berawal dari kegiatan yang dilakukan oleh Pengembangan Sosial Ekonomi [PSE] Keuskupan Ketapang tahun 1991 silam.

“Hadir dari PSE waktu itu antara lain Yohanes Supardjiman,Theo Assa Bau, dan Sr. Saveria. Ide awal sebelumnya, pada bulan Agustus ketika berdiskusi dengan Pastor Bonifasius Ubin,Pr. Beliau mengatakan kenapa dewan Paroki tidak memanfaatkan PSE?” papar Kolik. Waktu itu Balai Semandang masih stasi yang menginduk pada paroki Santo Martinus Balai Berkuak.

Berkat saran dari Pastor Ubin tersebut, dewan stasi Santo Gabriel [sekarang paroki Santo Yohanes Rasul] Balai Semandang yang diketuai oleh Kornelius Kolik waktu itu berinisiatif untuk mengundang PSE. Maka setelah penyuluhan dari PSE akhir Oktober 1991, tepat pada 1 November 1991 disepakati untuk mendirikan CU Semandang Jaya. “Waktu itu yang hadir sekitar 60 orang dan menjadi anggota pertama dari CU Semandang Jaya,” cerita Kolik lagi.

Untuk mengelola CU yang baru berdiri itu, diangkatlah pengurus pertama Yakobus Sonto, yang menjabat Kepala Desa Semandang Kiri pada waktu itu sebagai ketua, wakil ketua Lanius Emanuel, Simon Petrus sebagai sekretaris dan Kornelius Kolik sebagai bendahara. Sedangkan Badan Pengawas diketuai oleh Hilarius Benediktus Rikah [alm], sekretaris FX. Daol dan anggota Stepanus Juara.

Pada awal berdirinya, pelayanan anggota CU Semandang Jaya menumpang di rumah Kolik selama kurang lebih enam bulan kemudian pindah ke Jurokng [lumbung padi] yang kosong di samping rumah Kolik. Tetapi pada 1995 pengurus bersama manajemen sepakat untuk membeli sebidang tanah di jalan dusun Deraman dan di bangunlah kantor baru CU Semandang Jaya.

Dikisahkan oleh Kolik bahwa waktu itu awalnya anggota mengumpulkan uang sebesar Rp10 ribu dulu dan baru dijelaskan tentang pendidikan awal CU. “Waktu itu simpanan pokok sebesar Rp5000 rupiah, dan bahkan pada tahun pertama sempat mines Rp1000 rupiah,” kisah Kolik sambil tertawa.

Karena dirasakan kurang begitu strategis dan semakin bertambahnya anggota, maka tahun 2003 pindah ke pinggiran jalan Trans Kalimantan. Pada tahun 2004 dibangunlah gedung baru yang representatif guna meningkatkan pelayanan kepada anggota dan diresmikan pada 28 Februari 2012 oleh Gubernur Kalbar Drs. Cornelis, MH.

CU yang saat ini memiliki jumlah anggota 18 ribu lebih ini mempunyai visi “Menjadi Credit Union Terbaik di Kalimantan” dan visi tersebut kemudian dijabarkan dengan misi “Menyediakan dan Meningkatkan Pelayanan Keuangan, Pelatihan yang Profesional kepada Anggota agar Mandiri”. Sedangkan nilai-nilai inti yang diterapkan yaitu Spirituality, Profesionality, Integrity, Loyality, Leadership, Change Management dan Team Work.

Produk-produk simpanan di CU Semandang Jaya meliputi Simpanan Saham, Tabungan Masa Aman [Taman], Tabungan Untuk Anak Sekolah [Tuas], Pasimpong [tabungan harian], Tabungan Untuk Perumahan [Tarum], Tabungan Kendaraan [Takenda], Pupu Caup [PC – Sumbangan duka antar anggota CUSJ terhadap anggota yang meninggal dunia], Solidaritas Berobat [Sobat] dan Transkhat [pengiriman dan pengambilan uang melalui CUSJ].

Simpanan Saham adalah simpanan kepemilikan dengan besarnya balas jasa simpanan ditetapkan dalam Rapat Akhir Tahun [RAT] terdiri dari Simpanan Wajib dan Simpanan Pokok. Taman adalah simpanan masa aman anggota yang dipergunakan untuk pensiun. Bagi penabung taman yang aktif, diberikan hadiah seperti hadiah untuk kaum muda/mudi dan hadiah bagi ibu yang melahirkan.

CU Semandang Jaya pertama kali berbadan hukum :82/BH/Kop.Pkm.IX.6/2001 yang dikeluarkan oleh Dinas Koperasi Kabupaten Ketapang. Karena daerah  pengembangan CU SJ tidak hanya di wilayah Kabupaten Ketapang lagi,maka perlu badan hukum yang baru. Maka kemudian dikeluarkanlah oleh Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Kalbar dengan Nomor 82.a/BH/PAD/X tanggal 10 Agustus 2011.

Sampai saat ini CU Semandang Jaya sudah membuka pelayanan bagi anggota yang tersebar di empat Kabupaten di Kalbar yaitu Kabupaten Ketapang, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Sekadau. Untuk memudahkan pelayanan kepada anggota di empat Kabupaten tersebut, maka didirikanlah kantor cabang seperti Kantor Cabang Balai Berkuak di Ibu Kota Kecamatan Simpang Hulu, Kantor Cabang Simpang Laur di Kecamatan Simpang Dua, Kantor Cabang Ketapang di Ketapang Kota, Kantor Cabang Sekadau yang berada di Kecamatan Nanga Mahap.

Khusus Kantor Cabang Balai Berkuak melayani anggota di tiga kabupaten, yakni anggota di sekitar ibu kota Kecamatan Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang, wilayah Kabupaten Kayong Utara di Desa Seponti Jaya Kecamatan Seponti dan wilayah Kabupaten Sanggau di Desa Kunyil Kecamatan Meliau.

Blasius Hendi Candra, General Manager [GM] CUSJ dihubungi lewat telepon Senin [9/7], menuturkan bahwa untuk mendukung pelayanan, sampai saat ini staf dan manajemen CU Semandang Jaya baik di kantor pusat maupun di kantor cabang sekitar 73 orang. “Tahun 2012 ini, kita telah menerima sebanyak 18 orang lagi,” tuturnya. 

Pria yang pernah menjabat sebagai direktur eksekutif Wahana lingkungan Hidup [Walhi] Kalbar ini juga mengatakan bahwa CU Semandang Jaya pernah mendapatkan sebuah penghargaan yang cukup prestisius. Penghargaan itu berupa predikat CU berprestasi se-Kalimantan Barat tahun 2011 yang dianugrahi langsung oleh Gubernur Kalbar di Kayong Utara.
»»  TOJO' NEH...

Jumat, 13 Juli 2012

Yang Alami yang dipilih Rakyat


Ibu Kota Jakarta sudah menggelar pesta demokrasi [Pemilukada]. Enam pasangan Cagub-Cawagub DKI yang bertarung 11 Juli lalu dimenangi oleh pasangan nomor urut tiga Jokowi-Ahok menurut perhitungan cepat [quick count] dan sepertinya memang akan menang menurut perhitungan KPUD DKI yang fix pada 20 Juli nanti. Tetapi kemenangan itu, tidak mencukupi batas 50 persen suara.

Sebelumnya, pasangan cagub-cawagub yang dinggulkan adalah pasangan nomor urut satu Foke-Nara. Foke yang gubernur petahana ini maju sebagai incumbent didampingi oleh Nacrohwi Ramli dari partai Demokrat diunggulkan dalam prediksi semua lembaga survei sebelum pemilihan.

Pertanyaannya, kenapa Jokowi-Ahok bisa mematahi prediksi itu dan mengungguli Foke-Nara? Nah, Ada banyak jawaban, analis, atau apalah namanya yang menjadi kunci sukses pasangan nomor urut tiga itu yang diungkapkan oleh para pengamat atau bahkan dari Jokowi sendiri. Seperti solidnya gerakan dari bawah sampai atas tim sukses Jokowi-Ahok diungkapkan oleh Jokowi sendiri, kemudian masyarakat Jakarta yang sudah jenuh dengan kebijakan Gubernur sebelumnya yang tidak bisa mengatasi masalah utama di Jakarta yaitu banjir dan kemacetan sehingga masyarakat mau perubahan dan penerapan kebijakan baru maka yang dipilih adalah pasangan Jokowi-Ahok.

Toto Izul Fatah dari Lingkaran Survei Indonesia mengatakan bahwa Foke yang terlalu optimis memenangkan pertarungan, sehingga meremehkan strategi “social imagery” yang merakyat yang diterapkan oleh Jokowi. Burhanudin Muhtadi pengamat politik dan peneliti dari Lembaga Survei Indonesia juga mengatakan kalau Jokowi adalah sosok kesayangan media [media darling] sehingga awak media mudah untuk mempublikasikannya. Masih banyak lagi analis-analis yang dipaparkan oleh pengamat yang menjadi kunci sukses Jokowi-Ahok.

Sebenarnya, ada satu analis yang menurut penulis sangat menarik. Analis itu diungkapkan oleh Prof. Thamrim Tamagola ketika di acara Apa Kabar Indonesia Malam Tvone [12/7] lalu. Bahwa citra pemimpin yang dipilih oleh rakyat adalah citra pemimpin yang alami. Yang alami menurut Thamrin adalah ketika berbaur dengan rakyat tidak ada perbedaan yang mencolok antara dia yang leader dan rakyat yang under. Maksudnya dari segi penampilan sama dengan rakyat yang tergambar dari bentuk wajah, tubuh, pakaian Jokowi layaknya kaum under itu.

Kalau melihat bentuk wajah, jujur penulis katakan bahwa bentuk wajah Jokowi tidak cocok untuk wajah seorang pemimpin, wajah Jokowi adalah wajah kaum under. Dari segi bentuk tubuh yang kurus krempeng juga tidak terlihat wibawanya seorang pemimpin. Paradigma kita adalah bahwa seorang pemimpin mesti memiliki tubuh yang besar tinggi, tegap atau bahkan gemuk. Dari segi pakaian, Jokowi layaknya rakyat miskin yang tidak mampu membeli pakain model terbaru atau mewah. Dia hanya memakai pakaian jenis kemeja yang berstandar pasar loak.

Ketika Foke atau Alex Nurdin keluar dari bus atau busway atau ke pasar tradisional tampak sekali perbedaan baik dari cara komunikasi, penampilan dengan masyarakat, tetapi coba bandingkan dengan Jokowi atau Biem, ketika ke pasar atau menumpang oplet tampak sangat menyatu dengan penampilan rakyat. Selain dari penampilannya yang under itu, Jokowi juga sosok yang mempunyai nilai lebih untuk melakukan perubahan. Tergambar dari sepak terjangnya sebagai Walikota Solo yang berhasil menata kota dan merelokasi PKL tanpa kekerasan dan tepat sasaran serta penentang kebijakan “atasannya” [Gubernur Jateng] yang akan membangun pusat perbelanjaan yang berimbas pada pedagang pasar tradisional. Memang, untuk mengubah kota Jakarta yang bebas macet dan banjir bukanlah perkara mudah, tetapi setidaknya harapan warga Jakarta ada pada sosok Jokowi.

Seperti Jakarta, Kalimantan Barat juga akan menggelar pesta demokrasi. Ada dua agenda di Kalbar, yaitu Pilgub dan Pilwako Singkawang. Dua agenda besar itu akan dilaksanakan pada bulan September nantinya dan bersamaan dengan putaran kedua Pilgub DKI yakni pada 20 September. Saat ini, Pilgub Kalbar sudah mencapai tahapan proses tes kesehatan. dan kandidat yang akan bertarung ada empat pasangan balon Cagub-Cawagub. Sama halnya dengan Pilgub, Pilwako Singkawang pun juga sudah sampai pada tahapan tes kesehatan dan balon Wako-Wawako yang akan berjibaku berjumlah empat pasangan juga.

Baik sesudah maupun sebelum penetapan balon, para “gladiator” itu sudah mulai menebar pesona untuk menggaet hati rakyat. Terlihat dari poster, baliho yang terpajang di pinggir jalan. Incumbent adalah posisi yang paling strategis dalam penerapan strategi pemenangan. Dia seperti leluasa menggunakan kebijakannya untuk selalu berdekatan dengan rakyat. Tetapi juga incumbent bukannya tidak mempunyai kelemahan. Bisa saja kebijakan yang incumbent terapkan selama ini tidak tepat sasaran dan memungkinkan konstituennya alias rakyat pemilih berpaling kepada pasangan lain. Ini ibarat buah simalakama, sama halnya yang terjadi pada Foke.

Lain ladang, lain belalangnya, itulah yang menggambarkan kondisi pemilih antara DKI dengan Kalbar. Di Jakarta tingkat heterogenisitasnya sangat tinggi, ini dikarenakan Jakarta adalah Ibu Kota Negara. Sedangkan Kalbar, memang heterogen tetapi tidak setinggi di Jakarta. Di Jakarta permasalahan utamanya adalah banjir dan macet, sedangkan di Kalbar permasalahan utama adalah agraria. Memang disamping permasalahan-permasalahan utama itu terselip permasalahan lainnya yang tidak kalah penting. Tetapi isu yang terjadi disetiap daerah itu, ya memang hak pengelolaan tanah.

Isu primordial juga merupakan strategi yang sangat ampuh dan itu tidak bisa kita bantahkan, real dalam pertarungan politik. Tetapi dibalik itu semua, rakyat sudah paham nantinya akan memilih siapa pemimpin yang tepat. Dan patut kita tunggu siapa calon KB1 maupun Sinka 1 yang berhasil menerapkan strategi social imagery ala Jokowi. Harus punya bukti bukan janji dan jangan hanya “mengkampanyekan” primordial alias kelompok alias suku dan agama saja. Semoga tidak!!!!
»»  TOJO' NEH...

Rabu, 11 Juli 2012

Potret Loper Koran di Kota Pontianak

Ilustrasi

Desingan suara kendaraan yang lalu lalang di perempatan lampu merah Jalan Imam Bonjol, dan ributnya suara klakson tidak membuat Ibrahim bising menjajakan koran sambil berdiri di trotoar, dengan harapan ada pembeli yang singgah untuk membeli korannya.

“Ndak tahu lah, sampai kapan? Mungkin sudah nasib,” begitulah kata Ibrahim [43 tahun] ketika ditanya sampai kapan menjadi loper koran. Ibrahim adalah salah seorang loper koran dari puluhan loper koran yang ada di Pontianak. Lelaki yang tidak pernah menduduki bangku sekolahan ini sudah menjalani profesi menjadi peloper koran sekitar 11 tahun yang lalu.
Pria yang yang tinggal di Batu Layang itu, berangkat dari rumahnya pukul empat pagi. “Saya biasanya dengan kawan,” katanya. Sebelum menjajakan koran, Ibrahim mengambil koran yang akan dijajakan di Kantor Pontianak Post Jalan Gajah Mada dan mulai menjajakan koran pukul lima pagi sampai pukul sebelas siang.

Ditengah maraknya penjual koran, yang menggunakan kios–kios di pinggiran jalan dan mereka yang berlangganan koran tiap hari, menjadi loper koran tetap mereka jalani. Di Kota Pontianak sendiri, kebanyakan yang menjadi loper koran adalah anak–anak. Dari anak-anak itu, kebanyakan mereka adalah anak-anak yang putus sekolah. Mereka beralasan untuk membantu orang tua.

Budi seorang pembeli yang biasa membeli koran dari loper koran mengatakan, cukup terbantu kebutuhannya membaca koran. Pria yang sehari-harinya menjadi penjual ikan di Pasar Flamboyan ini tidak sempat lagi untuk berlangganan ataupun membeli koran di kios-kios pinggiran jalan.

Ketika ditanya berapa penghasilan dari menjual koran, Ibrahim mengatakan sekitar  20 ribu. Itupun kalau terjual habis. Hasil dari menjual koran itu sangatlah tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari hari. “Jangankan ditabung, untuk beli bawang saja tidak cukup,” imbuhnya lagi. Apalagi Ibrahim yang mempunyai dua orang anak, yang memerlukan biaya yang tidak sedikit. Anaknya yang pertama tamat SD, dan sekarang sudah masuk SMP, sedangkan anaknya yang satu lagi masih kecil berumuran sekitar 2 tahun.

Setelah menjual koran, Ia membantu istrinya bekerja di sawah. Sawah yang dikerjakan mereka pun bukanlah sawah punya mereka, tetapi mereka hanya mengerjakanya dengan bayaran Rp 150 ribu per tahun.

Ibrahim mengatakan menjadi loper koran terpaksa ia lakukan, karena susah mencari lapangan pekerjaan yang memadai. Itulah sekelumit kisah peloper koran yang biasa kita temui di perempatan jalan. Salah satu kisah masyarakat kecil, yang ada di Kota Pontianak.
»»  TOJO' NEH...

Minggu, 08 Juli 2012

Alfa from a New My Blog

“Hidup sederhana
Gak punya apa-apa tapi banyak cinta
Hidup bermewah-mewahan
Punya segalanya tapi sengsara
Seperti para koruptor”

Sederhana, merupakan satu kata yang universal. Yang saya maksudkan sebagai kata universal adalah kata sederhana, bagi lain orang itu bisa berbeda arti, makna dan tujuan dalam menerapkannya untuk pegangan hidup.  Semua orang yang masih eksis mempunyai pegangan hidup, tujuan hidup, prinsip hidup maupun filosofi hidup. Tentunya hal ini cukup berbeda di antara satu dengan lainnya dalam menyikapinya. Karena, setiap orang itu tidak sama, setiap orang itu unik, setiap orang merupakan mahluk individualisme yang membedakan satu dengan lainnya.

Seorang sahabat mendefenisikan sederhana sebagai filosofi hidup yang tidak rumit, artinya segala sesuatu bisa didapat dengan mudah tanpa harus kerja keras. Seorang sahabat lagi menerapkan sederhana dalam pola hidupnya seperti mencintai lingkungan, makan makanan apa adanya yang penting alami dan sehat, berpakaian dengan pakaian yang tidak mahal yang penting bisa dipakai dan cocok.

Ada lagi, seperti lirik lagunya slank bahwa hidup sederhana itu tidak perlu punya harta banyak hasil dari rampasan, tetapi hidup sederhana itu adalah kebutuhan akan cinta tercukupi.

Kalau kita bicara soal konsep hidup, artinya kita akan bicara bagaimana cara merangkai. Ya merangkai! Karena itu adalah solusi dan jalan yang harus di tempuh jika kita ingin membuat suatu konsep tentang hidup kita sendiri.

Merangkai konsep hidup bukanlah perkara sepele. Sebab yang dirangkai adalah cara berfikir dan mental serta kepribadian yang akan disesuaikan dengan jalan dari konsep hidup yang kita buat.

Bisa jadi cara berfikir anda bagus, sesuai dengan cara berfikir orang-orang sukses. Tapi mental dan pribadi anda tidak bisa mengimbangi. Maka konsep yang sudah anda buat belum tentu bisa berjalan. Begitupun kalau mental anda sudah berani mengambil resiko ”berani gagal” dan pribadi anda bisa berempati dan mendukung untuk sukses. Tapi tanpa diimbangi dengan cara berfikir cerdas, maka hasilnya juga akan timpang.

Konsep hidup itu sebenarnya sederhana. Cuma menuntut keahlian merangkai cara berfikir, mental dan kepribadian saja. Siapapun yang berhasil meleburkan itu dalam karakter diri yang utuh, maka dia berhasil mendapatkan konsepnya. Manfaatnya, tentu saja untuk kebahagiaan diri.

Tetapi bagiku memahami hidup sederhana itu, dari perspektif passion kita. Artinya, jika kita menyadari sebuah tanggungjawab dalam apa yang kita kerjakan maka konsep sederhana sudah diterapkan dalam hidup.

Sebagai contoh, seorang tukang sapu menyadari bahwa dia mencintai pekerjaannya dan melaksanakan pekerjaan dengan sungguh-sungguh (dia menyadari passionnya sebagai tukang sapu). Nah, disini terjadi kepuasan batin yang dialami oleh si tukang sapu tersebut, walaupun hanya sebagai tukang sapu tetapi dia bahagia. Maka “kesederhanaan akan membuat hidup lebih sederhana”.



" Mereka yang percaya, tidak berfikir. Mereka yang berfikir, tidak percaya “
(Sigmud Frued)





»»  TOJO' NEH...